Bab Laa An-Naafiyah lil Jins

Laa An-Naafiyah lil Jins adalah partikel yang berfungsi seperti إِنَّ (inna), yaitu menashabkan Isim dan merafa’kan Khabar. Maknanya sangat kuat, yaitu untuk meniadakan keberadaan seluruh jenis dari isim tersebut, tanpa ada satu pun pengecualian.

Contoh:

• لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ → Sama sekali tidak ada seorang lelaki pun (dari jenis manapun) di dalam rumah.

Kalimat tersebut lebih kuat dari:

• لَا رَجُلٌ فِي الدَّارِ → Seorang lelaki tidak ada di dalam rumah.

Analisis Tiga Kondisi Penggunaan Laa

Kondisi 1: Semua Syarat Terpenuhi (Kasus Ideal)

• Aturan: Jika “لَا” bertemu langsung dengan Isim Nakirah, dan tidak diulang.
• Fungsi: Menashabkan Isim Nakirah tanpa tanwin. Dalam istilah nahwu: mabni ‘alal fath fi mahal nashab.

Contoh:

لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ

Analisis:

• لَا: huruf nafi lil jins
• رَجُلَ: isim لَا → mabni ‘alal fath
• فِي الدَّارِ: khabar لَا → rafa’

Kondisi 2: لَا Tidak Bertemu Langsung dengan Isim Nakirah

Contoh:

لَا فِي الدَّارِ رَجُلٌ وَلَا امْرَأَةٌ

Penjelasan:

• لَا batal ber-‘amal karena terhalang oleh frasa فِي الدَّارِ
• رَجُلٌ menjadi Mubtada’ dan فِي الدَّارِ sebagai Khabar Muqaddam (Predikat di awal)
• Kalimat ini membutuhkan pengulangan “لَا” untuk unsur kedua (وَلَا امْرَأَةٌ)

Kondisi 3: لَا Diulang-ulang (dan syaratnya terpenuhi)

Contoh:

• لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةَ
• Mengamalkan لَا (keduanya mabni ‘alal fath)
• لَا رَجُلٌ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةٌ
• Mengabaikan (‘ilgha’) Laa → kembali ke Mubtada’-Khabar biasa (rafa’)

Kesimpulan:

• Jika syarat terpenuhi: Isim Laa = manshub (mabni ‘alal fath)
• Jika tidak terpenuhi: hukum kembali ke asal, menjadi kalimat nominal biasa.